1.
Pengertian
Skizofrenia adalah suatu
diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik
dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).
2.
Penyebab
a.
Keturunan
Telah dibuktikan dengan
penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 vtelur 2-15 %
dan kembar satu telur 61-86 % ( Maramis, 1998; 215 ).
b.
Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung
dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau
puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c.
Metabolisme
Teori ini didasarkan karena
penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita denga stupor katatonik
konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
d.
Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan
pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan
patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau
merupakan artefak pada waktu membuat sediaan.
e.
Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh
penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan
patologis anatomis atau fisiologis yang
khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga
timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan
diri dari kenyataan (otisme).
f.
Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1)
kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2)
superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme dan (3) kehilangaan kapasitas
untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psiko analitik tidak mungkin.
g.
Eugen Bleuler
Penggunaan istilah
Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit
ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia
menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan
emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan
gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
h.
Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu
sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain
keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah
seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
i.
Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui
dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai
pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor
pencetus ( presipitating factors ) seperti penyakit badaniah atau stress
psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnya
terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.(
Maramis, 1998;218 ).
3.
Pembagian Skizofrenia
Kraepelin
membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a.
Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada
usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat,
jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b.
Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau
subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala
yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya
depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi
banyaak sekali.
c.
Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30
tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d.
Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham
primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan
yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
e.
Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul
mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin
berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun
dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.
f.
Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan
ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
g.
Skizofrenia Skizo-Afektif
Disamping gejala Skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif
) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh
tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Simtomatologi ( Data Subjektif
dan Objektif ) pada klien dengan Skizofrenia, Delusi dan kelainan-kelainan yang
berhubungan dengan Psikosis didapatkan (Townsend , 1998; 148 ):
a.
Autisme
Merupakan suatu keadaan yang
berfokus pada batiniah (inner side ). Seseorang mungkin saja menciptakan dunia
sendiri. Kata-kata dan kejadian-kejadian
tertentu mungkin mempunyaai arti yang khusus untuk orang psikosis, arti suatu
simbolik alamiah yang hanya mengerti oleh individu tersebut.
b.
Ambivalensi emosi
Kekuatan emosai cinta, benci dan
takut menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi
kecenderungan untuk mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi
dan akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak
acuh.
c.
Afek tak sesuai
Afeknya datar, tumpul dan
seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawaa saat menceritakan kematian
salah seorang orang tuanya).
d.
Kehilangan Asosiatif
Istilah ini menggambarkan
disorganisasi pikiran yang amat sangat dan bahasa verbal dari orang yang
psikosis. Pikirannya sangat cepat , disertai dengan perpindahaan ide dari suatu
pernyataan kepernyataan berikut.
e.
Ekolalia
Orang yang psikosis seringkali
mengulangi kata-kata yang didengarnya.
f.
Ekopraksia
Orang yang psikosis seringkali
mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah
hasil dari batas ego seseorang yang
sangat lemah).
g.
Neologisme
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang
didengarnya.
h.
Pikiran konkrit
Orang psikosis memiliki kesukaran
untuk berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang
ada dilingkungannya.
i.
Asosiasi gema / clang
Orang psikosis menggunakan
kata-kata bersajak dengan suaatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang
sebenarnya.
j.
Kata-kata tak beraturan
Orang yang psikosis akan memakai
kata-kata bersama-sama secara acak dan tak beraturan tanpa hubungaan yang
logis.
k.
Delusi
Istilah ini menunjukkan adanya
ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :
(1)
Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam
kepentingan atau kekuasaan.
(2)
Curiga
Seseorang merasa terancam dan
yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.
Semua kejadian dalam lingkungan
sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya.
(3)
Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek
atau orang tertentu mengontrol perilakunya.
l.
Halusinasi
Istilah ini menggambarkan
persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima
pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi,
halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.
m.
Regresi
Suatu mekanisme pertahanan ego
yang paling mendasar yang digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti
anak-anak dan tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku
sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas.
n.
Religius
Orang psikosis menjadi penuh
dengaaan ide religius, pikiran mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu
usaha untuk menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku
disorganisasi.
Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
1. Resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar berhubungan dengan :
(1) Kurang
rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
(2)
Panik
(3)
Rangsangan katatonik
(4)
Reaksi kemarahan/amok
(5)
Instruksi dari halusinaasi
(6)
Pikiran delusional
(7)
Berjalan bolak balik
(8)
Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku
(9)
Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung
benda-benda yang berada dalam lingkungan sekitarnya
(10) Perilaku
merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif
(11) Perkataaan
yang mengancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk menyiksa
orang lain secara psikologis
(12) Peningkatan
aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung, kegelisahan.
(13) Mempersepsikan
lingkungan sebagai suatu ancaman.
(14) Menerima
“suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.
Perencanaan :
Sasaran / Tujuan :
Tujuan Umum:
Pasien tidak akan menciderai dirinya, orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
Dalam 2 minggu pasien dapat
mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada
perawat agar diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Intervensi dan
rasional :
(a) Pertahankan
agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah,
sedikit orang, dekorasi yang sederhana, tingkat kebisingan rendah ).
Rasional
:
Tingkat
ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus. Individu yang ada
mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya
membuat pasien agitasi.
(b) Observasi
secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit). Kerjakan hal ini sebagai suatu
kegiatan yang rutin untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien.
Rasional
:
Observasi
ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat
dapat diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa pasien berada dalam
keadaan aman.
(c) Singkirkan
semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien,
Rasional:
Jika
pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan
benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
(d) Coba
salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas
pasien (mis,memukuli karung pasir).
Rasional
:
Latihan
fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilangkan ketegangan
yang terpendam.
(e) Staf
harus mempertahankan dan menampilkan perilaku yang tenang terhadap pasien.
Rasional
:
Ansietas
menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.
(f) Miliki
cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika
dibutuhkan.
Rasional
:
Hal ini
dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik kepada
staf.
(g) Berikan
obat-obatan tranquilizer sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan
obat-obatan dan efek sampingnya.
Rasional
:
Cara
mencapai “ batasan alternatif yang paling sedikit “ harus diseleksi ketika
merencanakan intervensi untuk psikiatri.
(h) Jika
pasien tidak menjadi tenang dengan cara “ mengatakan sesuatu yang lebih penting
daripada yang dikatakan oleh pasien (menghentikan pembicaraan) “ atau dengan obat-obatan, gunakan alat-alat
pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf
untuk membantu. Ikuti protokol yang telah ditetapkan oleh institusi. Jika
pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi
dilakukan.
(i)
Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15
menit (sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien tidak
terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada ekstremitaas pasien). Bantu
pasien untuk memenuhi, kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi.
Berikan posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan dapat mencegah
mencegah aspirasi.
Rasional
:
Keamanan
klien merupakan prioritas keperawatan.
(j)
Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk
dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi
secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien.
Rasional
:
Meminimalkan
resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat.
Kriteria
hasil :
(a) Ansietas
dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
(b) Pasien
memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya
(c) Pasien
mempertahankan orientasi realitanya.
1.
Isolasi
sosial berhubungan dengan :
(1)
kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain
(2)
panik
(3)
regresi ketahap perkembangan sebelumnya
(4)
waham
(5)
sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau
(6)
perkembangan ego yang lemah
(7)
represi rasa takut.
Batasan karakteristik :
(1)
Menyendiri dalam ruangan
(2)
Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan
kontak mata (mutisme, autisme ).
(3)
Sedih, afek datar
(4)
Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan
perkembangan usianya
(5)
Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri,
tindakan yang berulang-ulang dan bermakna
(6)
Mendekati perawat untuk berinteraksi namun kemudian
menolak untuk berespons terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya.
(7)
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada
orang lain.
Perencanaan :
Tujuan
Tujuan Umum:
Pasien dapat secara sukarela
meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di
unit rawat inap.
Tujuan khusus:
Pasien siap masuk dalam terapi
aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalam satu minggu.
Intervensi:
(a) Perlihatkan
sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional
:
Sikap
menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi
rasa percaya kepaada orang lain.
(b)
Perlihatkan penguatan positif kepada pasien
Rasional
:
Membuat
pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna.
(c)
Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama
aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk
pasien
Rasional
:
Kehadiran
seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada klien.
(d)
Jujur dan menepati semua janji
Rasional:
Kejujuran
dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.
(e)
Orientasikan pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai
kebutuhan.
Rasional:
(f)
Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien
mendapat ruangan extra dan kesempatan untuk keluar ruangan jika pasien menjadi
begitu ansietas.
Rasional
:
Pasien
yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang
mengisyaratkan ancaman.
(g)
Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan
pasien. Pantau keefektifan dan efek samping obat.
Rasional
:
Obat-obatan
anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis pada seseorang,
dengan demikian memudahkan interaaksi dengan orang lain.
(h)
Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan
ansietas dan tehnik untuk memutus respon ( misalnya latihan relaksasi,
“berhenti berfikir “ ).
Rasional
:
Perilajku
maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi
peningkatan ansietas.
(i)
Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain.
Rasional
:
Penguatan
akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan
perilaku tersebut.
Kriteria
hasil :
(a)
Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat
untuk bersosialisasi dengan orang lain
(b)
Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
(c)
Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu
dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
2.
Koping Individu tak efektif berhubungan dengan :
(1)
Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
(2)
Panik
(3)
Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang
(4)
Rendah diri
(5)
Contoh peraan negatif
(6)
Menekan rasa takut
(7)
Sistem pendukung tidak adekuat
(8)
Ego kurang berkembang
(9)
Kemungkinan faktor heriditer
(10) disfungsi
sistem keluarga.
Batasan Karakteristik :
(1)
kelainan daalam partisipasi sosial
(2)
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
(3)
penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai
Perencanaan
Tujuan
Tujuan umum
Pasien dapat
menggunakan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara
interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Tujuan khusus :
Pasien akan
mengembangkan rasa percaya kepada orang lain,
pasien tidak
mudah panik
pasien dapat mengontrol rasa takut dan rendah diri
Intervensi dan rasional :
(a)
Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan
pasien sebanyak mungkin
Rasional :
Mempermudah
perkembangan hubungan saling percaya.
(b)
Hindari kontak fisik
Rasional
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
(c)
Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara
pelan-pelan didekat pasien sehingga pasien daapat melihat hal tersebut namun
tak dapat mendengar apa yang dibicarakan.
Rasional
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.
(d)
Jujur dan selalu tepati janji.
Rasional
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
(e)
Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataaan yang kreatif
untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan kaleng, makanan milik
pribadi atau makanan khas keluarga yang akan memberikan kesempatan lebih besar
untuk hal ini ).
Rasional
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
(f)
Periksa mulut pasien setelah minum obat
Rasional
Meyakinkan
bahwa pasien telah menelan obatnya dan tidak mencoba obat tersebut.
(g)
Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif.
Kegiatan yang mendukung adanya hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan
perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.
Rasional
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.
(h)
Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang
sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan maraah
yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat.
Rasional
Mengungkapkan
perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan
menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat
mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.
(i)
Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang
bersahabat akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga.
Rasional
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.
Kriteria
Hasil :
(a)
Pasien dapaat menilai situasi secara realistik daan
tidak melakukan tindakan projeksi perasaannya dalam lingkungan tersebut.
(b)
Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan
salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
(c)
Pasien makan makanan dari piring Rumah Sakit dan minum
obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya
(d)
Pasien dapat berinteraksi secara tepat / sesuai dengan
kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya.
3.
Perubahan persepsi sensori :
Pendengaran/penglihatan berhubungan dengan :
(1)
panik
(2)
menarik diri
(3)
strss berat, mengancam ego yang lemah.
Batasan karakteristik :
(1)
berbicara dan tertawa sendiri
(2)
bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan
kepala kesatu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).
(3)
Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat unutk
mendengarkaan sesuatu
(4)
Disorientasi
(5)
Konsentrasi rendah
(6)
Pikiran cepat berubah-ubah
(7)
Kekacauan alur fikiran
(8)
Respon yang tidak sesuai
Perencanaan :
Tujuan
Tujuan umum
Pasien dapat
mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
Tujuan khusus :
Pasien dapat
mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
Intervensi dan rasional :
(a)
Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap
seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam
ditengah-tengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi
awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.
(b)
Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan
kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu
Rasional :
Pasien
dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan
cara yang agresif.
(c)
Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan
isi halusinaasinya dengan perawat.
Rasional
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
(d)
Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara
tersebut” daripada kata-kata “mereka” yang secara tidak langsung akan
memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang
membagikaan persepsi. Katakan “meskipun saya menyadari bahwa suara-suara
tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang
berbicara apapun.”
Rasional
Perawat
harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata.
(e)
Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinasi
dengan waktu meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.
Rasional :
Jika pasien
dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat
dicegah.
(f)
Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Rasional
Keterlibatan
pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi
kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita.
Kriteria hasil
(a)
Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada
saat ansietas meningkat secara ekstrem.
(b)
Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan
ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersbut
4.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan :
(1)
menarik diri
(2)
regresi
(3)
dissability
Batasan Karakteristik :
(1)
mengalami kesukaran dalam mengambil atau ketidakmampuan
untuk membawa makanan dari piring kedalam mulut
(2)
ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau
bagian-bagian tubuh
(3)
ketidakmampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan
yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan
pada tahap yang memuaskan.
(4)
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk
melakukan defekasi dan berkemih tanpa bantuan.
Perencanaan
Tujuan :
Tujuan umum
Pasien mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri
Tujuan khusus
Pasien mengerti tentang perlunya
perawatan diri
Pasien dapat melakukan perawatan
diri dengan bantuan minimal
Intervensi:
(a)
Kaji pengetahuan klien tentang perlunya perwatan diri
Rasional : identifikasi pemahaman klien, memudahkan penetapan
intervensi selanjutnya
(b)
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
ketidakmampuannya merawat diri
Rasional : Eksplorasi perasaan mempermudah penilaian
ketidakmampuan klien
(c)
Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat
pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.
Rasional
Kenyamanan
dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.
(d)
Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk
kemampuannya merawat diri
Rasional :
Penguatan
positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya
pengulanganperilaku yang diharaapkan.
(e)
Demonstrasikan pada pasien cara melakukan perawatan
diri yang sulit dilakukan pasien.
Rasional :
Dengan
contoh / tindakan secara langsung akan lebih diingat oleh pasien.
(f)
Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin
untuk kebutuhan defekasi dan berkemih. Bantu pasien kekamar mandi setiap satu
atau 2 jam sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan, sampai pasien
mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan.
Kriteria
hasil :
(a)
pasien makan sendiri tanpa bantuan
(b)
pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan
merawat dirinya tanpa bantuan
(c)
pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal
dengan mandi setiap hari
(d)
pasien dapat melakukan prosedur defekasi dan berkemih
tanpa bantuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar